Wednesday, April 25, 2012

Profil Pimpinan Pesantren

CURRICULUM VITAE PIMPINAN LEMBAGA PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AT-TAUHID AL-ISLAMY

Nama : KH. Muhammad Abdul Aziz Asyhuri, BA.

Tempat, Tgl Lahir : Magelang, 1 Januari 1951

Nama Ayah : Alm Asyhuri

Nama Ibu : Almh Sumini

Alamat : Punduhsari, Desa Tempurejo Kecamatan Tempuran

Kab. Magelang Provinsi Jawa Tengah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan & Pengalaman :

A. PENDIDIKAN :

  1. Sekolah Rakyat (SR) Negeri Djambu Tempuran Magelang Tamat tahun 1963
  2. SMP Negeri 01 Magelang, Tamat Tahun 1967
  3. Kulliyatul Mu’alimin Al-Islamiyah Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur, Tamat Tahun 1971
  4. Institut Pendidikan Darussalam Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur, Tamat Tahun 1976.

B. PENGALAMAN :

  1. Sebagai Panitia Penataran Wartawan Agama Tingkat Nasional di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur tanggal 10 Juni s/d 13 Juni 1974
  2. Guru di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur Tahun 1972-1976
  3. Guru di Pondok Pesantren Nurul Islam Sri Bandung, Tanjung batu OKI( Ogan Komering Ilir) Sumsel Tahun 1976 -1977
  4. Peserta Pendidikan dan Latihan Ketrampilan Da’i/ Mubaligh tingkat Nasional oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia angkatan ke IV tahun 1980 di Pesantren Daarul Fallah Ciampea Bogor selama 45 hari
  5. Pendiri dan Pengasuh Pondok ABDUSSALAM Tempuran Magelang tahun 1980.
  6. Kepala MTs. ABDUSSALAM Tempuran Magelang tahun 1980 sampai sekarang.
  7. Peserta Kursus Pembina Pramuka Mahir Golongan Penggalang di Lemcadika Kendalisada Banyumas tahun 1984
  8. Peserta Dauroh Li-Ta’hili Mu’alimi Al-Lughotil Arobiyati di Ma’had Ta’limil Lughotil Arobiyati Universitas Islam Imam Muhammad Ibnu Sa’ud di Indonesia. Tahun 1402 H.
  9. Ketua MWC NU Tempuran Magelang Masa Bakti 1983-1985.
  10. Sekretaris PCNU Kab. Magelang Masa bakti 1985-1988.
  11. Wakil ketua Yayasan ABDUSSALAM Tempuran dengan Akte Notaris Nomor 2 ( dua ) tahun 1987. oleh Notaris Ny. Kunsri Hastuti, SH. Magelang.
  12. Sekretaris II Yayasan P.4.S.K. ( Persatuan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Kedu) tahun hidmah 1987-1997.
  13. Sekretaris IKPM ( Ikatan Keluarga Pondok Modern ) Gontor Cabang Magelang periode 1990 sampai 1996
  14. Ketua IKPM Gontor Cabang Magelang periode 1996 sampai 2003
  15. Peserta penataran Juru Penerang Agama Islam se Jawa Tengah tahun 1986
  16. Peserta Pertemuan para Pemuka Agama tingkat Propinsi Jawa Tengah dalam program kelangsungan hidup anak bina balita Fatayat NU kerjasama pemerintah Indonesia dan UNICEF tahun 1987.
  17. Peserta Sarasehan Keluarga Maslahat di kalangan NU tingkat Propinsi Jawa Tengah tahun 1987.
  18. Peserta Diklat Dasar Umum Keluarga Berencana Nasional bagi Ulama NU se Jawa Tengah tahun 1987.
  19. Peserta Orientasi CBSA bagi Kepala/Guru se Kabupaten Magelang tahun 1988
  20. Sebagai Ketua Panitia Pelaksana Semiloka dan Koperasi Pondok Pesantren Indonesia tingkat Nasional tahun 1989
  21. Sebagai Tutor latihan Pendidikan Kader Fatayat NU Cabang Kab. Magelang tahun 1990
  22. Peserta Penataran P4 Pola 120 jam se Jawa Tengah tahun 1991.
  23. Peserta Penataran Guru Agama Islam se Jawa Tengah tahun 1991
  24. Peserta Penataran Training para Legal tingkat Jateng dan DIY di LBH Yogyakarta 1991
  25. Peserta Orientasi Kewaspaan Nasional Angkatan Ke IV Kab. Magelang tahun 1992
  26. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Guru/Penataran Kepala MTs./MA se Kab. Magelang tahun 1993
  27. Peserta Seminar Lokakarya Alumni Pondok Modern Gontor sebagai perekat Umat “ Peranan dan Tantangan ” tingkat Nasional tahun 1993.

28. Peserta “ Progam Pengembangan Wawasan Keulamaan ” Tingkat Nasional tahun 1995 s/d 1996 oleh LAKPESDAM NU.

  1. Peserta Orientasi Pendalaman Materi bidang tugas Anggota DPRD tingkat II se Jawa Tengah tahun 1993
  2. Peserta Diklat Pengembangan Kurikulum tahun 1994 dari Ka.Kanwil Depag Jateng.
  3. Peserta Nasional “ Aspek Perdata dari Akta-akta Notariil yang dibuat oleh Pemerintah Daerah oleh Universitas Diponegoro Semarang tahun 1994
  4. Peserta Lokakarya “AKTIFITAS” IKPM tingkat Nasional tahun 1995
  5. Anggota DPRD Tk. II Kab. Magelang tahun 1992-1997
  6. Anggota DPRD Tk. II Kab. Magelang tahun 1997-1999
  7. Peserta Orientasi pembekalan dan penadalaman Bidang Tugas DPRD tahun 1997 dari Gubernur Jawa Tengah.
  8. Peserta Dialog Regional Manajemen Pendidikan dan Rapat kerja Kepala Sekolah/Madrasah LP. Ma’arif NU se Jawa Tengah oleh PW LP. Ma’arif NU Jawa Tengah tahun 2000
  9. Peserta Lokakarya ICRP tanggal 26-28 April 2001 di Semarang
  10. Peserta Training “ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION” tingkat Nasional oleh Fak Hukum UI Jakarta tahun 2003
  11. Peserta Civic Education For Religius leaders Angkatan III dari USC-Satunama se Jawa Tengah dan DIY tahun 2003.
  12. Aktifis Forum Sarasehan Umat Beriman tingkat Jateng dan DIY, dua bulanan sejak tahun 2000 sampai sekarang yang diprakarsai oleh KH Mahfudz Ridwan Pengasuh Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Tuntang Kab. Semarang dan Dr. Prajata Pimpinan Yayasan Percik Salatiga.
  13. Aktifis Simpul Belajar Pengorganisasian masyarakat berbasis kampung tingkat Nasional oleh Yayasan PUTER Bogor. Tahun 2000.
  14. Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren AT-TAUHID AL-ISLAMY Kapuhan Sawangan Kab. Magelang. Tahun 1996 sampai sekarang.
  15. Ketua Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren AT-ATUHID AL-ISLAMY Kapuhan Sawangan Kab. Magelang. Dengan Akte Notaris No. 40 Tahun 2003 oleh Ny. Kunsri Hastuti SH. Magelang.
  16. Musyrif Pembangunan Masjid, TPA, Markazul Aitam, Rumah Bersalin, Poliklinik, Balai Kesehatan, Pondok Pesantren dan MCK meliputi Wilayah Jawa Tengah dan DIY Bantuan dari Jam’iyyah Dubai Al-Khoiriyah Uni Emirat Arab bekerja sama dengan Yayasan IBNU HAJAR Jakarta sejak 1 April 2002 sampai sekarang.
  17. Peserta Penataran Guru Bahasa Inggris se Jawa Tengah tahun 1981
  18. Ketua rombongan Kursus Guru TPA dengan Buku IQRO’ tahun 1990
  19. Peserta Sarasehan tentang “Amandemen UU Sisdiknas” Tingkat Nasional tahun 2002
  20. Peserta Seminar “ Sinergi PT PLN ( Persero ) Distribusi Jawa Tengah & DIY dengan masyarakat ” tahun 2002.
  21. Koordinator Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Kab. Magelang tahun 2003 sampai sekarang.
  22. Peserta Up Grading CEFREL & Workshop ICCPGLG tingkat Nasional tahun 2003
  23. Peserta Pelatihan dan Lokakarya Kepmendagri 29 tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan Pertanggung Jawaban dan Pengawasan Keuangan daerah serta tata cara penyusunan APBD dan KMK 35 tahun 2003 tentang Pinjaman Daerah tahun 3003.
  24. Peserta Workshop & Seminar Yayasan ATMA Solo & Demos Jakarta tanggal 7-9 Maret 2005 di Solo.
  25. Peserta Jambore Forum Warga oleh LAKPESDAM NU tanggal 18 Maret – 02 April 2005 di Surabaya
  26. Peserta Workshop LAKPESDAM NU tanggal 26-28 April 2005 di Bogor.
  27. Peserta Konferensi Nasional Pendidikan Nasional dalam arus Neoliberalisasi, tanggal 13 – 15 Mei 2005 di UNPAD Bandung.
  28. Belajar Bersama (BB) Islam Transformatif dan Toleran Tema “ISLAM Dan POLITIK LOKAL” oleh LKIS Yogyakarta, tanggal 23-29 Mei 2005 di Wisma Sargede Yogya.
  29. Peserta PUBLIC HEARING PENGEMBANGAN PESANTREN, tanggal 31 Mei-10 Juni 2005 di Hotel Sahid Raya Yogyakarta oleh PUSKADIABUMA PPS UIN SUNAN KALIJAGA Yogyakarta.
  30. Peserta ESQ Leadership Training oleh Ary Ginanjar Agustian di Jakarta Convention Center. Pada tanggal 16-19 Februari 2006.
  31. Peserta Silaturahmi dan Mudzakarah “Daurah Kebudayaan” Pondok Pesantren Wilayah Jawa Tengah Oleh Kantata Research Indonesia di Pondok Pesantren Edi Mancoro Salatiga tanggal 21 Februari 2006.
  32. Peserta SEMILOKA REGIONAL yang diselenggarakan oleh fakultas biologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta bekerjasam dengan Yayasan PUTER dan Yayasan KEHATI denga tema: “Pemanfaatan Energi Alternatif Penggangti BBM” pada tanggal: 6 Mei 2006
  33. Peserta Kunjungan ke Negeri Belanda atas undangan SOHBET ( Imam-imam Masjid Turki di Belanda) pada tanggal 9 – 30 Mei 2006
  34. Peserta Workshop Pendidikan dan pembelajaran di pondok pesantren “REKONTRUKSI FORMAT IDEAL PONDOK PESANTREN MASA DEPAN” oleh KANTATA RESEARCH INDONESIA di Pondok Pesantren Edi Mancoro Salatiga 5-7 Juni 2006
  35. Sebagai fasilitator pusat pengakijan islam dan masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan pusat kajian dinamika agama, budaya dan masyarakat (PUSKADIABUMA) Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Kedutaan Besar Denmark di Jakarta 18 Juli 2006
  36. Peserta Seminar Pemberdayaan LM3 dan Pelaku Agribisnis Persusuan yang diselenggarakan di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu Jawa Timur Pada Tanggal 08 Desember 2007
  37. Peserta kegiatan “Gender Awareness Training Bagi Kepala Madrasah” Oleh LP3M STAINU Jakarta dan European Union di Hotel Trio Magelang Tanggal 10 Agustus 2008
  38. Peserta Pendidikan dan Aplikasi Program Pendidikan Islam Adil Gender di Madrasah yang diselenggarakan Oleh LP3M STAINU Jakarta dan European Union pada tanggal 10 Januari 2009
  39. Peserta Seminar “Peran Perpolisian Masyarakat (POLMAS) dalam Mendukung Pengamanan Pemilu 2009” yang diselenggarakan oleh Lembaga Percik Salatiga bekerjasama dengan POLDA JAWA TENGAH dan The Asia Foundation Jakarta pada tanggal 18 Maret 2009
  40. Diangkat sebagai Anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor Pada Keputusan Sidang Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor ke 63 Nomor: 03/BW-LXIII/1431 Pada tanggal 1 Jumadil Tsani 1431 H/ 15 Mei 2010 M.

Donasi Blog

Terima Kasih atas kunjungan Anda ke blog Pondok Pesantren AT-TAUHID AL-ISLAMY ini. Blog ini bisa besar karena ada pengunjungnya yang selalu setia melihat perkembangan blog ini.
Bagi Saudara-saudara yang ingin memberikan Donasi/Sedekah untuk kelancaran blog ini atau Perkembangan Pesantren, Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga amal ibadah anda diterima dan dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.... Amiinnnnn جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا

Bank BRI
BRI Unit Sawangan Muntilan
No. Rek. 6795-01-000374-50-7
a/n. Nur Rohman


Paypal : si_owner@yahoo.com


MANFAAT SHODAQOH

Adapun keberuntungan atau faedah menafkahkan harta di jalan Allah adalah sangat banyak, diantaranya:
Pertama, Allah menjamin nafkah orang tersebut. Dalam hadits Qudsi disebutkan, "Wahai anak Adam, berinfaklah niscaya Aku (menjamin) nafkahmu." (Muttafaq Alaih)
Kedua, bersedekah bisa menghapuskan dosa. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Puasa adalah benteng, sedangkan sedekah melenyapkan kesalahan (dosa) sebagaimana air memadamkan api." (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi, ia berkata hadits hasan shahih)
Ketiga, berinfak adalah salah satu akhlak Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Di antara perbuatan yang sangat beliau cintai adalah memberi, bahkan memberikan sesuatu yang sangat beliau butuhkan sendiri, seperti pakaian yang sedang beliau kenakan. Demikian menurut hadits riwayat Bukhari dari Sahl bin Sa'ad Radhiallahu Anhu.
Keempat, berinfak menyebabkan rezeki bertambah, berlipatganda, berkembang dan penuh berkah. Allah berfirman:
مَنْ جَاءَ بِالحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا. (الأنعام: 160)
Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepulah kali lipat amalnya. (QS. Al-An’am : 160)
Rezeki bukan hanya berupa uang dan kekayaan, akan tetapi rezeki itu meliputi kesehatan, anak yang shaleh, tetangga dan teman yang baik, pekerjaan yang halal, kehidupan yang tenang, itulah yang merupakan bagian dari rezeki yang sangat mahal dan tidak ternilai/terbayar dengan uang. Kita dapat membayangkan betapa banyak orang kaya yang jatuh miskin dalam waktu yang singkat dengan menguras harta kekayaannya untuk mengobati penyakitnya yang tak kunjung sembuh. Maka berbahagialah orang yang diberikan kesehatan oleh Allah.
Kelima, kecintaan Allah dan kecintaan manusia terhadapnya. Orang yang suka memberi akan dicintai orang lain, sebab secara fithrah manusia mencintai orang yang berbuat baik padanya.
Keenam, kemudahan melakukan keta'atan. Allah menolong orang yang suka bersedekah dalam melakukan berbagai keta'atan, sehingga ia merasa mudah melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman,
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى. (الليل : 5-7)
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah".( QS. Al-Lail: 5-7)
Dan masih sangat banyak lagi manfaat dan keberuntungan dari sedekah. Mudah-mudahan Allah menggolongkan kita termasuk di antara hamba-hamba-Nya yang suka bersedekah. Amin...

Sisi Negatif Pacaran

Hoyaaaa? lagi mojok berdua neh! He.he.. jangan mendelik dong kalo emang

ngelakuin. Bo..abo.. banyak juga neh remaja yang punya prinsip mojok

terus, gesek terus, en tempel terus ama gandengannya (idih, emangnya

truk?). Hmm? aneh bin ajaib memang. Urusan cinta yang diwujudkan lewat

pacaran kadang nggak kenal tempat dan waktu. Kalo udah demen, nyosor

terus ampe lupa kanan-kiri. Dunia serasa milik berdua doang. Orang lain

mah suruh tinggal di planet senen, eh, planet pluto sekalian.

Saking menjamurnya budaya pacaran, di angkot, di pasar, di kereta, di

bus, termasuk di sekolah, mudah kamu jumpai remaja yang saling memadu

kasih. Lihat juga di taman kota, di trotoar jalan, termasuk di perpus.

Perpus? Nggak salah? Suasananya hening lho buat mojok. Kali aja makin

hot! /Astaghfirullah?/

Udah gitu nggak kenal waktu, bisa siang hari, bisa malam hari. Pokoknya

gebet terus sampe pagi. Malam hari banyak juga lho yang sok romantis,

pake gantian ngitungin jumlah bintang di langit segala, ngobrol ngalor

ngidul di bawah sinar rembulan yang jatuh ke bumi, duh kayak di sinetron

jadinya (eh, pas meremas jari pacarnya, ternyata jempol semua! Bukan

orang kaliii.. Huhuy kebanyakan nonton Kismis tuh!) ?

Sobat muda muslim, ngomong-ngomong apa sih definisi pacaran? Kalo orang

hukum bilang, pacaran adalah kontrak sosial antara laki dan wanita dalam

satu ikatan dengan tujuan untuk menikah. Hmm.. bener nggak sih? Buktinya

banyak yang cuma main-main doang. Lha iya, anak SD dan SMP udah pacaran,

apa mereka mikir mo langsung nikah? Kayaknya, kata orang Betawi mah

kagaknyaket di otak dah!? Pendek kata, nggak masuk akal, sobat.

Sayangnya, pacaran udah jadi tren lho. Jangan kaget kalo ada remaja yang

nggak ngelakuin pacaran, bakalan dicap sebagai kampungan, norak, dan

super kuper. Sebaliknya, mereka yang jadian mengikat janji sama

pasangannya, dianggap wajar karena tuntutan jaman. Wasyah! Apa nggak

kuwalik neh?

Memangnya kalo jaman berubah, kita juga kudu selalu berubah? Nggak lha

yauw. Kita lihat-lihat dulu. Kalo itu berubah kepada kebenaran, ya kita

ikutin dong. Tapi kalo ngajak berubah untuk berani maksiat, entar dulu.

Tahan.

Ngomong-ngomong soal semen, eh, pacaran, kita jadi kepikiran, bener

nggak sih pacaran itu halal? Bener nggak sih pacaran itu banyak ruginya?

Emangnya kalo udah pacaran kita boleh ngelakuin apa aja dengan pacar kita?

*Ta`aruf, Taqarrub, dan ta` tubruk*

Remaja sekarang pada pinter ngeles lho.. (yang pinter mah..), pake

ngedalil segala. Seolah-olah bakal ditolerir agama dengan dalilnya yang

asal-asalan itu. Nggak lha yauw. Saat kamu membanting kartu gaple dengan

balak enam sambil menyebutkan, ?ini rukun iman?, tentunya bukan berarti

main gaple jadi kegiatan yang islami lho. Nggak. Begitu pun dengan

pacaran. Jangan mentang-mentang aman aja lho kalo kamu berdalih bahwa

deketan sama lawan jenis sebagai bagian dari ta`aruf yang diajarkan agama

sambil menyitir ayat tentang diciptakannya manusia dalam kultur dan suku

yang berbeda-beda, yang tiada lain adalah untuk saling mengenal. Gubrak!

Jelas salah alamat sobat. Kamu yang pacaran dengan mengaku-ngaku lagi

Taa`ruf kayaknya cuma kedok doang deh. Memangnya kalo pengen kenalan

dengan lawan jenis itu kudu nempel terus dan berduaan aja?

Ada teman kamu yang ngelakuin pacaran kok kayaknya seperti udah jadi

suami-istri. Nyebutnya aja ?mamah-papa?. Itu dilakukan demi mengenal

lebih dalam karakter masing-masing. Kata mereka, dengan semakin dekat

kita berhubungan, semakin mengetahui kebiasaan pasangannya; mudah marah

apa nggak, suka rewel atau justru asyik-asyik aja, kalo makan gembul apa

nggak (harus bisa mengontrol jatah beras neh! He..he..he..), kita jadi

tahu makanan kesukaannya, ngeh minuman favoritnya, dan sebagainya.

Nah, kalo udah cukup kenal luar-dalam, bisa jadi gampang juga untuk

deketan. Pengen lebih deket, makin deket, dan deket banget. Nggak heran,

awalnya cuma mau temenen, eh, malah demen? Kalo udah kecantol begitu,

setiap pasangan jadi nggak ragu untuk membuka diri. Hmm? jangan kaget

kalo akhirnya nggak cuma berani kirim SMS or e-mail dong, tapi mulai

coba dengan yang lebih interaktif; nelpon. Bagi mereka yang udah kebelet

(emangnya mo buang hajat?), pengennya deketan terus. Dalam kondisi

seperti itu, udah berani main ke rumah atau ngajak jalan bareng ke mana

mereka suka. Sebab kata orang, cinta terasa makin kuat justru kalo

berjauhan. Sebuah kenyataan yang bertolak belakang dengan efek doppler

yang justru kekuatannya makin terasa lemah jika saling menjauh (moga

kamu inget salah satu kajian dalam ilmu fisika ini).

Sobat muda muslim, hati-hati deh. Kalo udah taa`ruf dan pengennya

Taqarrub,sangat boleh jadi akhir nyata tubruk alias main nyosor

terus. Pikirnya, mana ada kucing yang tahan jika mangsanya ngasih

peluang. Mana ada yang tahan godaan kalo udah lengket-masket begitu.

Bener, pake prinsip manajemen lagi; sedikit bicara banyak bekerja. Nggak

ada jaminan deh kalo udah nempel begitu tanganmu nggak gerilya

kemana-mana. Yee.. jadinya antara nafsu dan cinta jadi bias. Gubrak, itu

namanya peluang untuk saling ?menubruk? makin terbuka. Jadi jangan

bingung kalo kemudian kamu bisa baca di koran tentang seks bebas remaja

ibu kota, juga tentang angka aborsi yang kian meroket, dan menularnya

PMS (penyakit menular seksual). Hih, syerem abis!

*Ruginya pacaran*

Kamu kudu ngeh juga soal yang satu ini. Rugi di akhirat udah jelas. Rugi

di dunia juga sebetulnya sejelas siang hari. Cuma, bisa dinetralisir

dengan kenikmatan yang langsung didapat. Dasar! Pengen tahu lebih

detil? Mari kita tunjukkan.

*Pertama,* pacaran diduga kuat bikin kantong bolong (biasanya untuk anak

cowok). Gimana nggak, kamu jadi kudu nyiapin anggaran lebih; selain buat

diri kamu, tentunya biar disebut care ama yayang-nya, kalo jalan kudu

punya pegangan. Malu dong kalo jalan nggak punya duit. Entar diledekin

pake plesetan dari lagunya Bang Iwan Fals, ?Jalan bergandengan tak

pernah jajan-jajan?? (he..he..). Itu sebabnya, anak cowok kudu nyiapin

segalanya buat nyenengin sang pacar. Iya dong, masak makan sendirian

kalo lagi jalan bareng? Emangnya pacar kamu obat nyamuk dianggurin aja?

So, pastinya kamu bakalan kena ?roaming? terus (backsound: rugi dah gua..).

Tapi jangan salah lho, bisa jadi anak cewek juga kudu nyiapin dana (kalo

nggak minta ke ortu nodong sama pacarnya?he..he.. teman cowoknya kena

juga deh). Buat apa? Huh, tanpa komunikasi, rasanya dunia ini sepi, bro!

buat beli pulsa HP, terus sekarang kan jamannya internet, ya untuk

chatting atau kirim-kirim e-mail cinta. Huh! Pacaran berat diongkos

namanya. Bener-benar terpadu, alias terpaksa pake duit!

*Kedua,* bisa kehilangan privasi lho. Iya lah, kamu baru bisa nyadar

kalo kamu udah putus sama yayang kamu. Betapa kamu waktu itu udah

memberikan informasi apapun sama kekasihmu. Rahasia luar-dalam dirimu

bisa kebongkar tanpa sadar. Celakanya, banyak pasangan yang akhirnya

putus. Nggak ada jaminan kan kalo akhirnya pacarmu cerita sama yang lain

setelah putus sama kamu? Atau? bisa juga putus sama kamu karena udah

tahu kebiasaan jelek kamu (koor: kasihan deh eluh!..)

*Ketiga,* menggangu aktivitas produktif. Iya lah. Sebab, pikiran kamu

manteng terus ke si dia. Inget terus sama doi. Maklumlah, bagi kamu yang

kena sihir kasmaran, pastinya inget terus sama doi. Kayaknya nggak

rela kalo sehari aja nggak ketemu or denger suaranya. Nggak afdol kalo

tiap jam nggak dapetin update info soal doi (emangnya situs berita?

He..he?). Persis kayak pelajar yang saban harinya makan sambel melulu,

katanya sih bisa bodoh. Lho? Iya, kalo kerjaan makan sambel itu

membuat doi lupa belajar (he..he..he..). Nah, pacaran disinyalir bisa

membunuh produktivitas kamu. Hari libur joss terus sama pacar kamu; ke

tempat rekreasi, ke mall, dan sekadar jalan-jalan nggak jelas

juntrungannya. Padahal, bisa dipake untuk istirahat or kegiatan

bermanfaat seperti olahraga, ngelancarin belajar ngaji, menghadiri

kajian keislaman, dsb. Tul nggak?

Padahal hari biasa juga dipake ngedate terus sama gebetan kamu. Kagak

ada matinya. Jadi produktivitasnya berubah. Tadinya mantengin pelajaran

dan kegiatan bermanfaat lain, pas pacaran jadi mantengin yayang-nya.

Apa itu nggak bikin kamu jadi kismin, eh, miskin produktivitas? Aduh,

celaka banget deh!

*Keempat, *rentan untuk sakit hati. Bener. Kegembiraan bisa berubah jadi

kesedihan. Maklum, namanya juga baru pacar, belum ada ikatan kuat yang

bisa melindungi kamu berdua. Jadinya, gampang banget untuk putus. Cuma

soal perbedaan kecil bisa jadi api yang membara. Ujungnya, putus deh.

Kalo udah putus cinta, aduh, sakit rasanya. Bener. Perlu kamu pahami,

kebanyakan orang berpacaran adalah mencari petualangan. Jadi, bukan untukmelanggengkan ikatan itu, tapi justru masih cari-cari kecocokan. Bahaya!

*Kelima,* jangan bangga dulu punya pacar yang tampilannya oke punya.

Senyuman mautnya bisa menenangkan kamu, sekaligus bikin gelisah. Siapa

sudi kalo punya cowok mata keranjang? Nggak bisa teteg di satu hati.

Masih nyari penyegaran dengan akhwat, eh, cewek lain. Siapa tahu malah

kamu yang jadi sephia-nya. Cewek lain justru kekasih sejatinya.

Gubrag! (suara satu-suara dua: kasihaaan deh kamu?).

*Keenam,* beware alias waspadalah! Kejahatan terjadi bukan karena niat

pelakunya saja, tapi juga karena ada kesempatan (hei! kok kayak Bang

Napi sih? He..he..he.). Gaul bebas bisa bablas euy! Kalo kamu udah

saling lengket, jangan harap akal sehat kamu dipake untuk mikir bener.

Justru kamu malah bimbang dengan suara-suara yang ngomporin supaya

melakukan ?begituan?. Pastinya kamu nggak mau dong kayak kasusnya Eno

Lerian yang menikah karena udah hamil duluan; /Married by Accident!

Naudzubillahi min dzalik!/

*Tahan nafsu dong...!*

Ingat-ingat pesan Allah dan Rasul-Nya. Jangan mengklaim kebenaran dengan

ukuran kamu sendiri. Bahaya. Kamu bisa aja ngasih alasan bahwa pacaran

adalah menyenangkan. Itu hak kamu. Tapi jangan salah, kalo kebenaran

diserahkan kepada semua orang, bisa berabe. Itu sebabnya kudu ada

patokan. Apalagi kalo bukan aturan Allah dan Rasul-Nya. Betul? /?Dan

janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina adalah perbuatan

yang tercela dan jalan yang buruk,? /*(QS al-Isra [17]: 32)*

Dari Jabir ra, Rasulullah saw. berkata, /?Ingatlah! Janganlah seorang

laki-laki menginap di sisi seorang wanita dalam satu rumah, kecuali dia

menikahinya atau dia mahramnya.?/ *(HR Muslim)*

Dalam sebagian riwayat hadits Samurah bin Jundab yang disebutkan di

dalam Shahih Bukhari, bahwa Nabi Saw. bersabda:?Semalam aku bermimpi

didatangi dua orang. Lalu keduanya membawaku keluar, maka aku pun pergi

bersama mereka, hingga tiba di sebuah bangunan yang menyerupai tungku

api, bagian atas sempit dan bagian bawahnya luas. Di bawahnya dinyalakan

api. Di dalam tungku itu ada orang-orang (yang terdiri dari) laki-laki

dan wanita yang telanjang. Jika api dinyalakan, maka mereka naik ke atas

hingga hampir mereka keluar. Jika api dipadamkan, mereka kembali masuk

ke dalam tungku. Aku bertanya: ?Siapakah mereka itu?? Keduanya menjawab:

?Mereka adalah orang-orang yang berzina.? Ih, naudzubillahi min dzalik.

Jadi udah deh, pacaran itu nggak ada untungnya. Banyak sisi gelapnya.

Rugi dunia-akhirat lagi. Kalo pun menurut kamu ada untungnya, itu kan

baru perasaan kamu aja. Betul? Oke deh, kalo pun itu menyenangkan

menurutmu, apa ada jaminan kalo aktivitas kamu bebas dari dosa? Justru,

pacaran itu menyenangkan atau tidak menyenangkan buat kamu, tetep aja

haram di mata syariat! Jadi, jangan nekatz berbuat dosa.

Waspadalah!!! 3 x

Friday, April 20, 2012

Adab Bagi Pendidik dan Penuntut Ilmu

Adab utama yang harus dimiliki oleh seorang ahli ilmu dan penuntut ilmu adalah: ikhlas mencari ridho Allah semata dan bermaksud untuk menghidupkan dien ini dengan mencontoh Rasulullah shalallohu `alaihi wa salam dalam segala tingkah lakunya. Begitu pula dalam proses belajar mengajar harus berniat mencari ridha Allah semata agar Allah menghilangkan kebodohan dan kegelapan dari dirinya dengan ilmu yang bermanfaat (maraji' hal28).

Seorang pendidik haruslah sabar ketika mengajar dan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pemahaman kepada setiap siswa sesuai dengan kemampuan otaknya. Janganlah memberikan tugas yang tidak mampu dipikulnya, seperti menyibukkan untuk terlalu banyak membaca. Berilah motivasi kepadanya untuk mengikuti pelajaran secara rutin dan sering-seringlah memberi pertanyaan dan mengujinya. Selain itu juga hendaklah melatihnya untuk mengkaji masalah-masalah tertentu agar dapat menangkap dan menguasai permasalahan, serta dibantu dengan menjelaskan hikmahnya, tempat-tempat pengambilannya, dari ushul syariat yang mana masalah tersebut diambil. Pengenalan akan ushul dan kaidah-kaidah, berikut contoh-contoh permasalahannya dengan berbagai macam ragamnya merupakan salah satu teknik pengajaran yang paling bermanfaat.

Penuntut ilmu akan bertambah semangat dan bertambah kuat pemahamannya setiap kali ia merasakan nikmat dalam memahami apa yang ia pelajari dan ketika mendapatkan kemudahan dalam mencari rujukan. Begitu pula bagi seorang pendidik hendaknya membuka pemahaman siswa dengan seringnya diadakan pembahasan dan soal jawab. Menampakkan kegembiraan apabila ditanya atau ketika siswa mengutarakan hal-hal yang membingungkan atau apabila siswanya membantah apa yang disampaikan. Semua itu dalam rangka mengambil manfaat dan mencari kebenaran, bukan untuk membela ucapan yang ia katakan atau untuk mempertahankan pendapat yang ia pegangi.

Apabila ada orang yang dibawah dia dalam segi ilmu memberitahukan pendapat dia yang salah, hendaklah dia berterimakasih kepadanya dan membahasnya secara bersama-sama dengan maksud mencapai kebenaran yang sesungguhnya, bukan untuk mempertahankan jalan yang dia tempuh selama ini.

Rujuknya seorang guru kepada pemahaman siswanya -yang lebih mendekati kebenaran- lebih menunjukan kepada keutamaannya, ketinggian kedudukannya dan kebaikan akhlaknya serta kemurnian niatnya yaitu ikhlas mencari ridha Allah Ta`ala.

Apabila dia belum sampai kepada kedudukan seperti ini, maka biasakanlah dirinya untuk berbuat demikian dan melatihnya, karena dengan kebiasaan akan menghasilkan kemampuan dan dengan latihan akan meningkatkan derajatnya kepada kesempurnaan.

Seorang penuntut ilmu haruslah mempunyai adab yang baik terhadap gurunya, bersyukur kepada Allah yang telah memudahkan baginya mendapatkan seorang yang mendidiknya dengan ilmu padahal sebelumnya ia berada dalam kebodohan. Bersyukurlah kepada Allah yang telah berjasa menghidupkannya dari kematian dan membangunkannya. Hendaklah ia mempergunakan kesempatan emas ini dengan mengambil ilmu darinya setiap waktu.

Seringlah berdoa kepada Allah memohon kebaikan bagi gurunya baik saat berjumpa dengannya ataupun pada saat dia tidak ada karena Nabi shallallhu `alaihi wa sallam bersabda:
''Siapa yang telah berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikannya. Apabila kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas budi kepadanya, maka doakanlah (memohon kebaikan) untuknya sehingga kalian berpendapat telah membalas budinya'' (HR.Ahmad 2/68,Abu Daud 1672,Nasa`i 5/82,Bukhari dalam buku Al-Adab Al-Mufrad 216, Ibnu Hibban 3408, Al Hakim 1/412 dan 2/13, At-Thayalisi 1895 dan selain mereka dari hadist Abdullah bin Umar bin Khattab radhiallohu `anhuma). Derajat hadist itu shahih (Syaikh Ali Hasan)

Kebaikan apakah yang lebih agung kalau bukan kebaikan berupa ilmu dan setiap kebaikan tidaklah langgeng kecuali kebaikan berupa ilmu, nasehat, dan bimbingan. Setiap perkara yang bermanfaat bagi manusia -yang sampai kepada seorang siswa atau yang lainnya- maka hal itu termasuk kebaikan dan amal jariyah bagi si pemiliknya.

Seorang kawan telah memberitakan kepadaku, bahwa dia pernah berfatwa mengenai satu masalah dalam hal ilmu faraidh (ilmu waris) dan syaikh (guru)nya yang telah mengajarkan hal tersebut telah meninggal dunia. Lalu dia bermimpi melihat syaikhnya sedang membaca di kuburnya dan berkata :''Masalah yang engkau fatwakan itu, pahalanya telah sampai pula kepadaku''. Hal ini sebagaimana terdapat dalam sabda Nabi shallallhu `alaihi wa sallam :
''Barangsiapa mempelopori jalan yang baik, maka bagi dia pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat'' (HR.Muslim 1017)

Seorang penuntut ilmu haruslah haruslah bersikap lemah lembut terhadap gurunya, sopan ketika bertanya dan janganlah bertanya kepada gurunya pada saat dia sedang gusar, atau dalam keadaan penat atau marah. Ini agar dia tidak mempunyai pemikiran yang menyalahi kebenaran pada saat kacau pikirannya, atau paling tidak nantinya akan memberikan jawaban yang kurang lengkap.

Apabila seoarang penuntut ilmu mendapatkan gurunya berbuat kesalahan, maka janganlah menyebutkan kesalahan tersebut secara terus terang. Tetapi betulkanlah kesalahan dia dengan cara bertanya dan bersikap sebagai seorang siswa terhadap gurunya. Hendaklah hal itu dilakukan beulang-ulang sampai terang bagi sang guru mana yang benar, karena kebanykan manusia apabila kau tegur langsung kesalahannya, kecil sekali kemungkinan untuk rujuk, berat bagi dia untuk mengakui kesalahan, kecuali orang yang telah menguasai dirinya dan menghiasinya dengan akhlak yang terpuji. Orang seperti ini tidak akan tersinggung apabila pendapat dia dikritik atau ditegur secara langsung. Akan tetapi tipe orang seperti ini jarang sekali. Hanya dengan taufik Allah lah, kemudian dengan melatih jiwa untuk menekan gengsi, barulah orang tersebut akan mempunyai jiwa besar dengan mengakui kesalahannya dan rujuk kepada kebenaran (Hal 30-34)

Seorang guru haruslah memperhatikan kecerdasan dan kemampuan siswanya dalam menerima pelajaran. Janganlah ia membiarkan siswanya dalam menerima pelajaran. Janganlah ia membiarkan siswanya menyibukkan diri dengan buku yang tidak sesuai untuknya. Jika ia membiarkan saja, berarti dia tidak memberikan nasehat kepada siswanya. Sesungguhnya ilmu yang sedikit disertai dengan adanya pemahaman dan pengertian lebih baik daripada ilmu yang banyak tetapi beresiko tinggi untuk dipahami dan besar kemungkinannya untuk lupa.

Begitu pula ketika ia menyampaikan pelajarannya hendaklah disertai dengan penjelasan yang disesuaikan dengan pemahaman dan daya tangkap siswanya. Janganlah mencampuradukkan masalah antara yang satu dengan yang lainnya. Janganlah pindah dari masalah satu ke masalah lainnya sebelum materi itu dikuasainya dengan baik. Karena antara satu materi dengan materi lainnya itu saling berkesinambungan, sehingga akan memudahkan baginya untuk memahami materi berikutnya. Kalau tidak demikian, berarti akan menyia-nyiakan yang pertama dan tidak dapat memahami yang berikutnya. Kemudian semakin menumpuk masalah-masalah yang tidak dikuasai, sehingga ia akan bosan dan sempit dadanya untuk mengulang-ulang masalah tersebut. Oleh sebab itu janganlah perkara ini diremehkan.

Seorang guru hendaklah selalu memberikan nasehat kepada siswa semaksimal mungkin dan harus bersabar atas kelambanan siswa dalam hal pemahaman. Demikian pula bersabar atas kelakuan siswanya yang tidak baik atau kurang ajar dengan dengan penuh perhatian dan pemantauan untuk memperbaiki dan meluruskan adabnya (hal 42-43)

Hendaklah seorang penuntut ilmu duduk dengan sopan dihadapan gurunya, menampakkan kebutuhannya yang sangat kepada ilmunya dan mendoakan kebaikan untuknya pada saat bertemu dengannya, ataupun disaat tidak bertemu.

Apabila seoarang guru sedang memberikan faidah atau sedang menjelaskan hal-hal yang membuat bingung siswanya, maka janganlah ia menampakkan bahwa ia telah mengetahuinya sebelumnya, meskipun sebenarnya ia telah mengetahuinya. Akan tetapi hendaklah ia mendengarkan keterangan gurunya tersebut dengan serius. Hal ini apabila dia telah mengetahui sebelumnya, maka bagaimana dengan keterangan gurunya yang belum ia ketahui? Adab seperti ini baik sekali untuk dipraktekkan terhadap setiap orang baik dalam masalah ilmu ataupun percakapan lainnya, baik dalam masalah dien maupun dalam masalah keduniaan.

Apabila sang guru berbuat kesalahan dalam suatu hal, maka hendaklah penuntut ilmu menegurnya dengan penuh lemah lembut sambil memperhatikan situasi dan kondisi. Janganlah mengatakan kepadanya: ''Engkau telah berbuat salah! Sesungguhnya yang benar bukan seperti yang engkau katakan!'' Tetapi hendaklah menegurnya dengan kata-kata yang sopan, menjadikan seorang guru sadar akan kesalahannya tanpa ada rasa gusar di hatinya. Cara seperti ini merupakan keharusan dalam bersikap terhadap seorang guru dan lebih mengena untuk sampai kepada kebenaran. Kritikan yang disertai dengan adab yang buruk akan membuat hati orang yang dikritik menjadi gusar, sehingga akan menghalanginya untuk dapat menangkap pemahaman yang benar dan menghalanginya untuk mengetahui maksud baik orang yang menegurnya.

Sebagaimana hal tadi merupakan keharusan sikap penuntut ilmu terhadap gurunya, maka haruslah bagi seorang guru apabila berbuat kesalahan agar rujuk kepada kebenaran.Meskipun sebelumnya ia telah menyampaikan satu pendapat kemudian terbukti bahwa pendapat tersebut salah, maka ia tidak segan-segan untuk rujuk kepada kebenaran karena sikap ksatria tadi merupakan tanda keadilan dan kerendahan hatinya terhadap kebenaran, baik yang datang dari anak kecil maupun orang dewasa.

Termasuk nikmat yang Allah berikan kepada seorang guru, ia mendapatkan dari para siswanya yang mau menegur kesalahannya, membimbing kepada kebenaran, sehingga kebodohan yang telah menyelimutinya selama ini menjadi lenyap. Maka seharusnya ia bersyukur kepada Allah Ta`ala kemudian berterimakasih kepada orang yang menasehatinya, baik ia seorang siswa atau selainnya, karena melalui sebaborang tadi ia mendapatkan hidayah Allah subhanahu wa ta`ala (hal 48-49).

Diantara hal yang paling agung yang harus dimiliki oleh ahli ilmu (dan penuntut ilmu, pent) adalah mempraktekkan apa yang ia sampaikan berupa akhlak yang terpuji dan membuang segala akhlak yang hina. Mereka adalah orang-orang yang paling utama untuk menjalankan segala kewajiban baik lahir maupun yang batin dan meninggalkan segala hal-hal yang haram, dikarenakan mereka memiliki keistimewaan berupa ilmu pengetahuan yang tidak dimiliki oleh selain mereka. Juga dikarenakan mereka adalah teladan manusia. Manusia pada dasarnya selalu mencontoh ulama mereka dalam kebanyakan urusan baik diakui atau tidak. Juga dikarenakan protes dan kecaman atas mereka apabila perbuatan mereka bertentangan dengan apa yang mereka katakan jauh lebih besar daripada kecaman yang dilontarkan kepada selain mereka atas perbuatan yang sama.

Para salafus shalih dahulu untuk memperoleh ilmu juga denagan mempraktekan ilmu tersebut. Apabila ilmu itu diamalkan akan menempel langsung dan bertambah serta banyak barakahnya. Sebaliknya apabila ilmu tersebut tidak diamalkan maka akan hilang dan tidak membawa barakah. Ruh ilmu dan kehidupannya serta tonggaknya hanya dengan mengamalkannya dengan akhlak yang terpuji, dengan mengajarkannya dan memberi nasehat. Tidak ada daya serta upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

Rujukan:Al-Mu`in `ala Tahshil Adabil `Ilmi wa Akhlaqil Muta`allimin, karya Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid yang dikumpulkan dari buku Al-Fatawa As-Sa`diyah, penerbit Dar As-Shumai`i,Riyadh,Saudi Arabia,cet I th.1413H/1993)